SUMBAWA BARAT, SP – Gerakan Muda Sumbawa Barat (Geram Ksb) kembali melakukan aksi demontrasi di Gate Benete tambang Batu Hijau PT. Amman Mineral Nusa Tenggara pada Rabu (04/08/21), untuk mendesak kembali pihak perusahaan agar segera melakukan evaluasi terhadap roster kerja 8/4; yang berakibat terhadap penutupan pintu keluar masuk perusahaan selama 5 jam.
Element Mahasiswa dan pemuda berhaluan progresif yang tergabung dalam Geram Ksb ini meminta agar perusahaan mengkonstruksi ulang metode penanganan pemutusan rantai penularan Covid19 dengan mekanisme yang lebih rasional dan manusiawi.
Ketua Geram Ksb, Firman Jawas dalam orasinya mengatakan bahwa aksi demonstrasi yang dilakukan adalah sebuah akumulasi kegelisahan yang menumpuk. Keputusan untuk turun ke jalan menurutnya adalah upaya terakhir yang diambil karena adanya semacam kebuntuan keran aspirasi.
Lanjut Firman bahwa sebagaimana Geram melihat dampak ekonomi dan sosial yang diakibatkan oleh roster kerja 8-2-2 itu membuat semua orang menjadi gelisah. Ekonomi lumpuh, hak kebabasan karyawan direduksi, ruang interaksi sosial karyawan juga dibatasi, bahkan hubungan rumah tangga pun berdampak tajam terhadap tingkat perceraian dan tumbuh kembang anak demi target produksi dan profil perusahaan kemudian mengkambing hitamkan covid19 sebagai tameng.
“Alasan “penanggulangan rantai penularan Covid19″ memang sangat seksi untuk dimainkan sebagai isu global, sekiranya dapat digunakan untuk menutupi kelemahan mereka selama ini dalam upaya melakukan perbudakan secara sistematis dan pemiskinan secara struktural.” tandas Firman.
Dikatakan Firman, setidaknya ini bisa dibuktikan dengan meningkatnya produksi perusahaan semenjak diterapkannya roster kerja 8/4 selama masa pandemi Covid19 ini.
Ditambahkan Firman, apa lagi bicara soal Serikat Buruh. Yang sebenarnya selama ini perusahaan AMNT sendiri juga melakukan upaya-upaya pemberangusan terhadap keinginan untuk melahirkan serikat buruh (Union Busting) secara simultan. Bahkan ada doktrin intimidatif bahwa tidak boleh ada karyawan yang membicarakan keburukan perusahaan khususnya tentang kondisi internal perusahaan kepada dunia luar; bahkan distatus Facebook masing masing pun tidak boleh. Bahwa citra perusahaan harus tetap dijaga dimana pun karyawan berada sebagai dogma suci yang wajib diperhatikan.
“Ini adalah cara cara yang tidak benar dan berlawanan dengan konstitusi negara kita yang mengatur tentang kebebasan berserikat, berkumpul dan menyatakan pendapat baik secara lisan maupun tulisan bagi setiap warga negaranya.”ungkap Firman.
Lebih lebih soal realisasi CSR sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang juga tidak di mengerti bagaimana implementasinya dan alokasinya. Maka dari itu Geram KSB kata Firman mendorong PT. AMNT untuk segera merealisasikan tanggung jawab sosialnya dalam rangka merestorasi ekonomi regional dan bersama sama pemerintah melahirkan formulasi baru untuk membawa masyarakat keluar dari krisis kesehatan dan krisis ekonomi yang dihadapi.
Sementara, koordinator umum Gerakan Muda Sumbawa Barat, Tonyman Al Kasyim alias Tonjes mengatakan jangan sampai AMNT datang ke tanah KSB hanya untuk mengejar keuntungan saja. Memporak porandakan isi bumi, menyedot apa yang ada di dalamnya kemudian menyingkirkan segala apa yang ada diatas bumi, pohon pohonnya dan hutang hutan kita dirusak hanya untuk kesejahteraan perusahaan.
Tonjes panggilan akrabnya, meminta kepada Pemda dan DPRD KSB untuk bersuara dan melakukan pembelaan terhadap nasib masyarakat dan karyawan di AMNT.
“Karena sebenarnya yang begini begini itu tugas mereka, bukan malah yang harus turun kejalan sebenarnya.Silakan Pemda dan DPRD mulai memperkuat pewangawasannya terhadap AMNT; Perkuat kontroling, monitoring dan supervisinya terhadap adanya penguasaan sumber daya alam kita ini.” guman Tonjes.
Ia menambahkan, pihaknya akan kirim somasi kepada AMNT agar segera melakukan perbaikan diberbagai sektor berkaitan dengan ihwal roster kerja yang tidak manusiawi, soal hak hak buruh, mekanisme penyerapan tenaga kerja, perkara keterlambatan pencairan invoice subkontraktor lokal, interaksi sosial dan dampak ekonomi regional yang serahusnya menjadi konsentrasi dan ruang berpikir mereka, masa gitu aja takut geram Mas Tony dalam orasinya.
“Sekarang ini kami tinggal berharap dan ingin mengetuk pintu hati orang nomor satu di NTB. Kami berharap kepada pak Gubernur, agar meningkatkan perhatiannya kepada AMNT dan Sumbawa Barat. Tolonglah pak Gubernur jangan hanya membaca laporan tahunan saja dari perusahaan ini, melainkan kami berharap pak Gubernur bisa melakukan pengecekan langsung tentang kondisi faktual dilapangan. Karena kami juga menduga jangan jangan apa yang dilaporkan oleh anak buah dan para birokratnya tidak sesuai dengan realitas, ” tutup Tonyman Al Kasyim.
Untuk diketahui Aksi Geram Ksb berlangsung sejak pukul 09.00 WITA sampai dengan pukul 14.00. Setelah pihak Security Eksternal PT. AMNT yang diwakili Hendro dan Eson menemui masa aksi dan dilanjutkan dengan diskusi yang singkat akhirnya masa aksi membubarkan diri dengan damai.(SP)