oleh

Jalan Provinsi di Poto Tano Kembali Dikeluhkan Warga

SUMBAWA BARAT, SP – Kondisi jalan jalur dua milik Pemprov NTB yang terletak di kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) tak hentinya dikeluhkan warga. Kerusakan yang terus terjadi pada badan jalan yang terbentang sekitar 7 kilometer tepat di desa Tambak Sari itu kian hari semakin parah.

Kerusakan badan jalan yang dibangun sekitar tahun 2015 lalu itu, terutama pada jalur kiri dari arah pelabuhan Poto Tano. Aspal hotmix yang melapisi permukaannya dibeberapa titik terkelupas hingga bagian pinggirnya mulai runtuh karena tergerus aliran air yang turun dari arah perbukitan setiap hujan datang.

Tidak saja itu, badan jalan banyak tertutupi lumpur. Menurut warga setempat, lumpur tersebut berasal dari perbukitan yang terbawa air hujan karena sejak awal jalan tersebut tidak dilengkapi drainase yang baik.

“Kemarin baru dibersihkan (lumpurnya). Tapi pasti akan tertutup lumpur lagi kalau hujan turun karena air yang datang dari bukit langsung masuk ke jalan, kan tidak ada drainasenya,” sebut salah seorang warga desa Tambak Sari, Rahmat.

Sementara Kepala Desa Tambak Sari, Suhardi mengatakan, yang perlu disoroti atas kondisi jalan yang melintas tepat di depan desanya itu bukan saja kerusakannya tetapi juga soal keamanannya. Kecelakaan sering terjadi terutama saat hujan turun. Permukaannya yang licin karena genangan air dan lumpur sering menyebabkan kecelakaan.

“Kalau hujan turun kami selalu ingatkan warga yang melintas untuk berhati-hati. Karena pasti licin,” cetusnya.

Ia menyatakan, sejak awal jalan itu selesai dibangun seakan tidak sempurna. Ketiadaan drainase yang baik pada kedua sisi jalan selalu merepotkan warga. Sebab limpasan air dari arah perbukitan selalu mengalir langsung ke pemukiman melalui badan jalan.

“Kalau di jalan sudah penuh air otomatis mengalirnya ke pemukiman,” ungkap Suhardi.

Sebenarnya lanjut Suhardi, kondisi jalan yang menjadi salah satu akses utama menuju kota Taliwang itu sudah kerap pihaknya suarakan. Baik ke Pemda KSB maupun secara langsung ke Pemrpov NTB. Hanya saja hingga kini belum ada tanggapan dalam bentuk aksi di lapangan.

“Kami mintanya itu dibuatkan drainase supaya air luapan dari bukit setiap hujan tidak masuk ke pemukiman warga,” keluhnya.