SUMBAWA BARAT – Pengisian awal air atau impounding bendungan Bintang Bano telah berjalan sekitar 1 bulan lebih. Selama waktu itu, jumlah air yang telah masuk ke kolam bendung terbesar di NTB ini sudah mencapai 9,81 persen.
Angka itu berdasarkan data yang dicatat pelaksana proyek bendung per 25 Agustus 2021. Rincian jumlah air yang telah masuk mengisi badan bendungan di kecamatan Brang Rea itu sebanyak 7,42 juta meter kubik.
“Hasil pengecekan kami kemarin (Rabu) air yang sudah masuk ke badan bendung sudah lebih 7 juta meter kubik pada posisi sore hari,” kata Agus Sujito, selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek bendungan Bintang Bano kepada wartawan, Kamis (26/8/2021).
Ia mengakui, volume air yang telah masuk itu masih terlampau jauh dari total genangan bendungan yang mencapai 76,19 juta meter kubik. Namun ia bersyukur sejauh ini tidak ada kendala teknis yang dihadapi yang menyebabkan prosesnya tersendat.
“Alhamdulilah sejauh ini lancar-lancar saja,” cetus Jito sapaan akrabnya.
Untuk mengisi keseluruhan badan bendungan memang telah diprediksi akan membutuhkan waktu hingga 1 tahun bahkan lebih. Perkiraan itu dengan melihat aliran konstan air sungai Brang Rea yang dibendung serta kondisi hidrologis sekitaran bendung. Namun menurut Jito, prosesnya dapat lebih cepat jika kemudian didukung dengan debit hujan yang tinggi selama perjalanan pengisian nanti.
“Misalnya debit hujan tahun depan bisa seperti tahun 2018 lalu atau lebih tinggi. Perkiraan kami tidak sampai setahun sudah bisa penuh,” klaimnya.
Jito pun menyadari, kegiatan impounding Bintang Bano itu memiliki dampak sosial sementara, khususnya terhadap petani. Sebab dengan dibendungnya aliran air sungai Brang Rea secara otomatis air yang mengalir ke areal persawahan mengecil.
Namun begitu, ia menuturkan, kegiatan impounding adalah hal mutlak yang harus dilaksanakan sebelum akhirnya bendungan Bintang Bano dapat beroperasi. Sebab prosedur itu menjadi salah satu syarat wajib yang harus dipenuhi sebelum Balai Teknik Bendungan (BTB) menerbitkan sertifikat layak operasi.
“Impounding itu harus dilaksanakan dan tidak bisa juga dibatalkan. Jadi kami berharap petani yang terdampak untuk sementara bersabar. Kan nanti sia-sia juga, negara sudah buat bendungan ini tapi akhirnya tidak bisa digunakan hanya karena gagal salah satu prosesnya,” bebernya seraya menambahkan, bedungan Bintang Bano tetap melepaskan sebagian kecil air yang dibendung selama proses impounding.
“Di posisi ketigian air sekarang ada sekitar 0,991 kubik yang tetap dirilis ke (bendungan) Kalimantong. Memang masih kecil tapi kan ada suplai air dari sungai-sungai di bawah bendungan (bintang bano) yang bisa dimanfaatkan airnya oleh petani untuk sementara,” sambung Jito.
Pada bagian lain, ditanya mengenai progres pembangunan bendungan. Jito menjelaskan, posisinya saat ini terhitung dari kontrak awal di tahun 2015 (sejak diambil alih pusat) sudah mencapai 95,80 persen. Pengerjaan fisik yang tersisa dan sedang dilaksanakan sekarang ini adalah penyelesaian rumah shaft dan pemipaan di dalam terowongan bendungan.
“Batas kontrak pengerjaan kali ini per 31 Desember tahun ini. Tapi pusat (Kemeterian PUPR) minta kita bisa clearkan di bulan November. Artinya kalau pekerjaan ini selesai maka sudah 100 persen bendungan Bintang Bano dinyatakan rampung,” tutupnya.(red)