MATARAM – Masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) menghendaki secepatnya pembangunan smelter di Kecamatan Maluk di wilayah setempat, dapat dipercepat realisasinya.
Itu menyusul, kapasitas smelter yang dibangun semula direncanakan 1,3 juta ton per tahun, turun menjadi 900 ton per tahun, akan bisa membuka lapangan pekerjaan untuk warga setempat.
Anggota DPRD NTB dapil KSB dan Sumbawa, M. Nasir mengatakan, dari serapan aspirasinya saat menyapa warga KSB, umumnya masyarakat di semua kecamatan menghendaki agar pembangunan smelter tersebut bisa dipercepat.
Sebab, adanya smelter akan bisa berdampak pada kehidupan perekonomian masyarakat akan bisa meningkat.
“Tentunya, adanya pembangunan smelter jelas akan menimbulkan multiplayer efeck dan daya ungkit ekonomi di KSB. Ini karena, smelter itu tidak saja untuk pabrik pengelolaan hasil mineral dan tambang. Tapi, ada efek lainnya, yakni residunya akan bisa dipakai untuk bahan semen dan pupuk. Makanya, warga KSB antusias atas adanya rencana pembangunan smelter itu,” ujar Nasir pada wartawan, Selasa (26/10).
Politisi PAN itu menyatakan, pembangunan smelter sesuai informasi yang diperolehnya dari Pemkab KSB, akan dimulai tahapan ground breakingnya pada awal Januari tahun 2022 mendatang. Di mana, progres lahan untuk pembangunannya tidak ada persoalan apapun.
“Untuk aspek teknis semuanya enggak ada masalah. Jadi, tinggal tindak lanjut dari perusahaan saja. Hal ini karena, antara Pemda dan masyarakat KSB sangat welcome. Makanya, bola itu ada di perusahaan,” tegas Nasir.
Mantan Ketua DPRD KSB itu, optimis pembangunan smelter yang semula direncanakan tuntas 2022, mundur menjadi tahun 2023 akan terwujud. Hal itu, dipicu pembangunan smelter merupakan amanat UU Minerba. Yakni, adanya kewajiban perusahaan untuk melakukan hilirasi terhadap produk mereka di wilayah setempat.
Oleh karena itu, ia berharap Pemkab KSB harus mulai menyiapkan tenaga terampil untuk bisa direkrut menjadi bagian dari perusahaan. Yakni, PT. Amman Mineral.
“Jika itu bisa dimulai penyiapan SDM. Maka, program pengurangan angka pengangguran yang diprogramkan oleh Pemda setempat akan bisa terwujud. Manfaatnya jelas, angka kemiskinan dan gini ratio akan bisa berkurang signifikan kedepannya,” ucap Nasir
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Mineral dan Batu Bara (Minerba) Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) NTB, Syamsul Ma’rif, mengaku, pembangunan smelter di wilayah KSB akan mundurnya dari target yang sudah ditetapkan. Hal itu, lantaran pabrik pemurnian tembaga yang semula ditargetkan tuntas 2022 mundur menjadi 2023 akibat pandemi Covid-19.
‘’Rekan-rekan, calon mitra kerja mereka dari luar itu terutama. Itu yang menyebabkan targetnya mundur,’’ kata Syamsul yang dikonfirmasi terpisah.
Dari sisi kesiapan lahan sebagai lokasi pembangunan smelter, kata Syamsul, sudah siap. Tinggal dilakukan konstruksi di lapangan.
‘’Tetapi karena kondisi Covid, mereka minta targetnya mundur, tak ada aktivitas. Karena prokesnya ketat sekali di sana,’’ jelasnya.
Syamsul mengatakan, Pemprov terus mendorong dan mengawal realisasi pembangunan smelter milik PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) tersebut. Pemprov sudah memfasilitasi terkait dengan penetapan kawasan industri, tata ruang, feasibility study dan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal). (DS/RUL)