oleh

Tak Habis Pikir tentang Azis Syamsuddin

Azis Syamsuddin dikabarkan jadi tersangka korupsi di KPK. Dan kita pun kembali menambah catatan tentang rontoknya politisi muda di puncak karier di negeri ini.

Saya kerap bertanya dalam batin tentunyaapa yang kurang dari tokoh muda seperti Azis ini?

Di usia 24 tahun, ia sudah jadi pengacara di sebuah kantor advokat ternama ibu kota. Tentu ia sudah kaya raya.

Lalu ia masuk parlemen. Tahun ini, periode ketiga ia di DPR. Bukan anggota biasa, tapi orang nomor dua di lembaga tinggi negara itu. Ia Wakil Ketua DPR RI dari Partai Golkar. Ia mengendarai mobil berpelat nomor Republik Indonesia. Tunjangan tak terbilang, kehormatan tak alang kepalang. Hartanya, yang ia laporkan resmi sebagai pejabat negara, lebih dari Rp100 miliar.

Kata perempuan-perempuan di luar sana, ia pun tampan. Dan di usia 51 tahun, kariernya masih panjang sesungguhnya. Sekarang wakil ketua DPR, besok-besok mungkin jadi menteri, atau ketua DPR, atau ….

Tapi kehidupan ini sungguhlah semesta misteri. Luas nan tak terperi. Azis rupanya merawat satu sisi gelap yang lambat laun terungkap. Ia tak belajar dari kasus-kasus yang pernah pernah menyerempet namanya: perkara penyelundupan dua kontainer telepon Blackberry bernilai miliaran rupiah di Tanjung Priok atau perkara yang melibatkan Nazaruddin, bendahara Partai Demokrat, koleganya di DPR dulu.

Kariernya menanjak cepat. Tapi secepat ia menanjak, secepat itu pula ia menukik sampai ke palung terdalam kehidupan. Hari ini kita mendengar ia ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi oleh KPK.

Korupsi, suap-menyuap, kongkalikong dan asyik-masyuk politisi dan kriminal belum bisa sirna di negeri ini. Ia merontokkan begitu banyak politisi muda cemerlang: Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh, Alifian Mallarangeng, Patrice Rio Capello, Taufan Tiro, dll. Setelah Azis Syamsuddin, entah siapa lagi.

Benar kata para bijak: makin tinggi jabatan dan karier, makin tinggi pula tempat jatuhnya. Dan dengan itulah, saya dan Anda semua tak perlu silau dengan kegemilangan hidup orang-orang sekeliling.

Penulis: Tomi Lebang
Bekerja di ADEKSI | Alumnus Universitas Hasanuddin