JAKARTA, SP – PT Amman Mineral Industri (AMIN), afiliasi PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), menggandeng perusahaan China untuk membangun smelter tembaga di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.
Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Letter of Intent (LoI) untuk Konsorsium NFC (China Non-ferrous Metal Industry’s Foreign Engineering and Construction Co., Ltd) sebagai kontraktor Engineering, Procurement dan Construction (EPC), dan NERIN (China Nerin Engineering Co., Ltd.) sebagai penyedia layanan teknis, untuk pembangunan proyek smelter Amman berdasarkan Lump Sum Turn Key (LSTK).
Acara penandatanganan LoI dilakukan secara virtual kemarin, Kamis, 22 Juli 2021 dan turut disaksikan oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddin.
Presiden Direktur AMIN, Rachmat Makkasau, menandatangani LoI dari kantor pusat Amman di Jakarta.
Dalam sambutannya, Rachmat mengungkapkan apresiasinya atas dukungan dari berbagai pihak.
“Proses ini telah berlangsung cukup lama dan penuh tantangan. Saya senang sekali untuk menyampaikan bahwa dalam proses bidding dan negosiasi, kedua belah pihak telah menyetujui rangkaian pekerjaan yang harus dipenuhi oleh kontraktor EPC, berikut dengan ketentuan teknis serta komersial untuk kontrak. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah bersabar dan gigih untuk menjalani proses bidding ini, di tengah tantangan yang begitu besar akibat pandemi Covid-19,” papar Rachmat, seperti dikutip dari keterangan resmi perusahaan, Jumat (23/07/2021).
NFC dan Nerin sebagai konsorsium kontraktor EPC terpilih, pada saat memasuki kontrak EPC LSTK, akan mengerjakan berbagai cakupan kerja, mulai dari desain, engineering, procurement, fabrikasi struktur dan instalasi, konstruksi sipil, hingga commissioning, memulai jalannya operasional, serta meningkatkan kapasitas desain pabrik.
Presiden NFC Qin Junman mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang ditunjukkan oleh AMIN dengan memilih NFC sebagai kontraktor EPC LSTK untuk proyek smelter ini.
“Dengan penandatanganan LoI ini, bisnis kami semakin terjalin kuat dengan Indonesia. Terlepas dari tantangan selama pandemi Covid-19, saya yakin bahwa proyek smelter Amman akan menambah daftar proyek yang sukses dikerjakan oleh NFC dan NERIN di skala internasional. Dengan dukungan pemerintah Indonesia dan kemitraan kami dengan Amman, kami berkomitmen penuh dan yakin bahwa proyek ini akan menjadi langkah maju yang signifikan bagi kedua belah pihak,” tutur Qin Junman.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin turut mengucapkan selamat kepada Amman dan rekannya yang telah mencapai kesepakatan.
“Penandatanganan LoI ini menunjukkan upaya Amman untuk membangun fasilitas ini sesuai dengan yang telah diamanahkan pemerintah. Proyek smelter merupakan salah satu dari Proyek Strategis Nasional. Tentunya hal ini akan membawa energi positif untuk negara kita, terutama di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Kami berharap agar smelter ini bisa membawa multiplier effect bagi wilayah sekitarnya,” tutur Ridwan.
Berdasarkan verifikasi enam bulanan pada Januari 2021 lalu, total kemajuan fisik smelter mencapai 26,6% dari target yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar 26,7% atau 99,35% dari target yang ditetapkan antara Agustus 2020 hingga Januari 2021.
Keberadaan smelter berkapasitas 0,9 juta ton per tahun (mtpa) atau sekitar 900 ribu ton per tahun ini juga akan mendukung posisi Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai wilayah dengan teknologi pertambangan mutakhir dalam peta dunia.
“Saya ingin kembali mengungkapkan bahwa kami akan terus berupaya keras untuk berkontribusi bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan negara Indonesia. Kami sangat berterima kasih atas dukungan dari semua pihak, antara lain Kementerian ESDM, Pemerintah Provinsi NTB, dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, yang terus memberikan dukungan dan bimbingan selama proses pembangunan smelter ini. Kami berharap akan terus mendapatkan dukungan untuk kelanjutan proyek ini,” jelas Rachmat.
Sebelumnya, Rachmat sempat menuturkan bahwa perusahaan tetap menargetkan pembangunan smelter tembaga di Benete, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB ini akan rampung pada 2023 mendatang. Target ini juga sesuai dengan amanat pemerintah.
“Target ini sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No. 17 tahun 2020, di mana pelaku usaha dapat melakukan penyesuaian terhadap jadwal penyelesaian proyek smelter sampai tahun 2023,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima CNBC Indonesia, Rabu (14/04/2021).
Mulanya perusahaan berencana membangun smelter dengan kapasitas input konsentrat tembaga sebesar 1,3 juta ton, tapi karena adanya pandemi Covid-19, maka target tersebut diturunkan menjadi 900 ribu ton per tahun.(red)