MATARAM – Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumbawa Barat(KSB), Selasa 19 Maret 2024 melakukan Kunjungan Kerja (Kunker) ke Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Kunjungan kerja tersebut dilakukan dalam rangka koordinasi untuk pengembangan pariwisata di tanah Pariri Lema Bariri. Terlebih lagi, persiapan apa saja yang mesti disiapkan oleh pemerintah daerah dan masyarakat dalam menyonsong NTB-NTT sebagai tuan rumah penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 2028 mendatang.
“Ada beberapa hal yang kami (Komisi II) sampaikan tadi ke teman-teman Pariwisata Provinsi,” ungkap Wakil Ketua Komisi II, Mustafa pada wartawan.
Ia menambahkan, meningkat pariwisata di Sumbawa Barat membutuhkan kolaborasi dan kolaboraksi dari berbagai elemen. Termasuk yang menjadi tantangan kedepan ialah Sport Tourism yakni tentang bagaimana memadukan antara olahraga dengan pariwisata layaknya MotoGp.
Tanah dengan semboyan Pariri Lema Bariri, sambungnya lagi, memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang cukup melimpah, selain dari sektor tambang. Potensi bahari juga cukup menjanjikan untuk spot wisata dan spot selancar. Dibeberapa garis pantai misalnya Jelengah dan pantai di Kecamatan Sekongkang, kekuatan ombaknya mampu menyihir peselancar dan mengakui bahwa ombak yang ada itu dikelompokkan dalam ombak kelas dunia (world class). Desa Mantar dengan spot Paralayang, terlebih pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan Trip of Indonesia (Troi) seri-III tahun 2016 lalu serta event Internasional.
Potensi-potensi yang ada itu, tegasnya belum terkelola dengan baik. Semoga pada PON NTB-NTT 2024 ada Cabor yang venue penyelenggaraanya di Sumbawa Barat. Apakah cabor Panahan, Panjat Tebing atau Paralayang sebagaimana yang diusulkan oleh Pemda. Sehingga menjadi pelecut semangat pariwisata di KSB ini menjadi lebih bergairah.
“Kalau tiga cabor yang diusulkan oleh Pemda KSB disetujui, dipastikan akan membawa dampak pada pariwisata dan juga UMKM di Sumbawa Barat,” papar politisi Partai Nasional Demokrat (NasDem) itu.
Nah, sedikit bergeser prihal Desa Mantar yang terletak 630 MDPL itu kondisi tofografinya berkelok dan menanjak-terjal. Butuh beberapa sentuhan seperti pamasangan bronjong tebing di beberapa titik, peningkatan kuslitas jalan serta road guardrail (pengaman jalan) demi keselamatan wisatawan selama perjalanan.
“Soal air yang masih menjadi kendala, diharapkan dapat menjadi attensi pemerintah Provinsi,” ujarnya lagi.
“Jika dikemudian hari Mantar ditunjuk sebagai venue Paralayang pada PON 2028 NTB-NTT, ini menjadi kado manis bagi warga masyarakat setempat lebih-lebih disambut dengan antusias,” kata Mustafa.
Pengelolaan pariwisata harus dilakukan jangka panjang. Berbeda dengan ekspansi tambang yang memiliki jangka waktu eksplorasi. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata harus disiapkan dan di genjot dari sekarang karena inilah sektor strategis untuk masa depan Sumbawa Barat.
“Kinerja dan komitmen pemerintah daerah patut di apresiasi dalam memajukan pariwisata. Namun untuk memajukan sektor ini, juga membutuhkan pihak lain salah satunya investor yang mau berinvestasi,” pungkasnya.(adv/**)