oleh

Lokal Teriak, AMNT Tunjuk Calo Jadi Bandar Jasa Bongkar Muat

SUMBAWA BARAT – Serangkaian protes  dilayangkan kepada kinerja PT.Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT). Perusahaan pemilik Alexander Ramli ini dituding menjadi mesin penghancur terhadap tumbuh kembangnya pengusaha lokal. Terutama pengusaha jasa bongkar muat lokal.

“Bayangkan, AMNT menunjuk satu vendor perusahaan asal Jakarta, yakni, PT.ASSA sebagai satu satunya pengendali jasa bongkar muat barang milik PT.AMNT. Padahal, perusahaan tersebut tidak bergerak dalam jasa bongkar muat. Ini fakta,” kata, Adrian , pengusaha lokal, di Benete, Minggu (30/3) lalu.

Tidak hanya menunjuk calo bongkar muat, manajemen AMNT juga dituding ikut bermain dalam bisnis belanja bongkar muat ini. Pasalnya, PT. ASSA bukan perusahaan spesialis bongkar muat. Tidak memiliki izin jasa Keagenan, Perusahaan Bongkar Muat (PBM), hingga transportasi bongkar muat. Namun menguasai semua belanja dan bisnis bongkar muat seluruh barang milik perusahaan Batu Hijau tersebut.

Lebih aneh lagi, kata Adrian, PT ASSA malah menguasai penyewaan Crene seberat 180 ton, padahal Unit Pengelolaan Pelabuhan (UPP) Benete adalah pelabuhan subsidi yang didanai APBN. Sebab memiliki fasilitas penyewaan aset resmi seperti Crane, Forklift, gudang dan lain sebagainya.

“Harusnya Crane milik aset negara yang di kelola dan di operasikan di UPP. Tapi ini kok swasta yang menguasai. Ini harus di audit kementerian perhubungan sebab ada aset pelabuhan yang justru tidak di fungsikan,” tegasnya.

Foto : Suasana para pekerja pelabuhan lokal saat melakukan protes terhadap monopoli Calo Bandar Jasa Bongkar muat yang ditunjuk PT.AMNT.

Sebagai pemilik vendor perusahaan lokal, Adrian menuding PT.ASSA melakukan aksi adu domba terhadap sesama perusahaan lokal. Modusnya, mereka sengaja melakukan intervensi kepada pemilik kapal yang memuat barang PT AMNT untuk membatalkan kontrak dengan perusahaan lokal. Dan mengarahkan ke perusahaan bongkar muat luar.

“Namun, ketika lokal protes, mereka (ASSA) mengatakan, itu karena ancaman perusahaan lokal lainnya. Atau perusahaan lokal yang menolak melibatkan lokal. Ini kan kejam, mana mungkin lokal menolak sesama lokal,” tudingnya.

Deros (54 tahun), ketua koperasi tenaga kerja lokal bongkar muat meminta pemerintah pusat memeriksa AMNT yang justru merasa nyaman dengan mempermainkan nasib perusahaan bongkar muat lokal. Menurutnya, bukankah seharusnya AMNT melakukan pembinaan dan memberikan masa depan yang berkelanjutan untuk tumbuh kembangnya perusahaan lokal.

“Kami bergantung hidup disini pak. Di pelabuhan Benete ini. Kami harus berjuang sendiri, sementara belanja bongkar muat PT.AMNT malah dikendalikan calo atau bandar. Kok begitu ya pak, kemana lagi kami memohon agar bisa berdaya di daerah kami sendiri,” ujarnya lirih.

Aktifitas bongkar muat barang milik PT.AMNT telah berlangsung sejak Smelter mulai dibangun tahun 2021 silam. Ada setidaknya ratusan pekerja lokal dan belasan perusahaan bongkar muat terlibat. Sementara, perusahaan bongkar lokal dapat dihitung dengan jari, artinya tidak banyak. Namun, nilai bisnis dan ekonomi dari aktifitas bongkar muat tersebut justru dinikmati perusahaan asal luar daerah.

Manager operasional PT. Aman Samudera Sejahtera Abadi (ASSA), Teguh Prasetya, membantah tuduhan calo dan bandar jasa bongkar muat barang PT.AMNT.

Menurut Teguh,  Dugaan calo bisnis yang dimaksud,  siapakah pihak yang menduga ini. Dan apa dasarnya, pihaknya perlu tahu agar bisa di klarifikasi dengan baik.

Sementara terkait dengan kata kata calo berarti perantara atau  tidak ada modal yang di keluarkan atau  tidak ada investasi.

“ASSA melakukan investasi crane, trailer, sewa lapangan penumpukan, sewa crane, forklift, manpower. ASSA bekerja sama dengan pengusaha lokal utk PBM, JPT dan TKBM,” demikian, Teguh.

Presiden Direktur PT.AMNT, Rakhmad Makasau yang dikonfirmasi wartawan menolak memberikan keterangan terkait situasi pengusaha lokal bongkar muat yang memperihatinkan. Rakhmad tidak pernah mau dikonfirmasi atau memberikan keterangan secara resmi.