oleh

Harga Cabai Meroket, Di KSB Mencapai Rp 80.000 Per Kilogram

SUMBAWA BARAT – Harga cabai merah keriting di sejumlah pasar tradisional di kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Nusa Tenggara Barat meroket dari Rp 37.000-55.000 menjadi Rp 80.000 per kilogram sampai dengan Rp. 95.000 per kilogram.

Bahkan, harga pasar yang terjadi saat ini cukup jauh dari Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan oleh pemerintah

“Kenaikan harga itu berdasarkan hasil pantauan harga di tiga pasar tradisional yakni Pasar Tanah Mira, Maluk, dan Seteluk,” kata Kepada Bidang Perdagangan pada Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Sumbawa Barat, Firmansyah, di Taliwang, Selasa ( 7/1/2025) minggu yang lalu.

Untuk harga cabai merah keriting di tiga pasar tradisional itu mencapai Rp 80.000 per kilogram. Sedangkan Harga Eceran Tertinggi ialah Rp. 37.000 per kilogram sampai dengan Rp. 55.000 per kilogram.

Sebelum harga ini naik, harga cabai rawit merah ini terjangkau. Harga cabai rawit merah di Pasar Seteluk Rp. 58.000 per kilogram,  Pasar Tanah Mira Rp. 60.000 per kilogram dan di Pasar Maluk Rp. 62.000 per kilogram.

“Sedangkan untuk Bawang Merah Harga Eceran Tertinggi Rp. 36.000 per kilogram sampai dengan Rp. 41.500 per kilogram, kini harganya mencapai Rp. 45.000 per kilogram.

Sedangkan Bawang Putih, harga jual pasarannya saat ini tembus Rp. 50.000 per kilogram yang semula bermain di harga Rp. 42.000 per kilogram sampai Rp. 45.000 per kilogram.

“Tomat saat ini harganya juga naik mencapai Rp. 28.000 per kilogram sampai Rp. 30.000 per kilogram yang semula bermain di harga Rp. 17.000, 18.000 dan bahkan Rp. 20.000,” kata Firman.

Menurutnya, kenaikan harga pangan tersebut dipicu karena faktor cuaca hujan lebat dan bencana yang menyebabkan kurangnya suplay pangan dari luar.

Terhadap kondisi harga yang kian melambung, Pemerintah Daerah, tegas Firman akan terus berupaya mencari solusi untuk mengatasi kenaikan harga cabai. Karena, sambungnya lagi, kenaikan harga cabai akan berpengaruh terhadap inflasi nantinya.

“Curah hujan yang tinggi berpengaruh terhadap harga. Mengandalkan pasokan dalam daerah, itu tidak cukup,” demikian pungkas Firman.