MATARAM, SP – Tensi politik internal DPD Partai Demokrat Provinsi NTB mulai memanas jelang pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda) tahun ini. Riak-riak persaingan perebutan kursi Ketua DPD dikalangan kader mulai mencuat kepermukaan.
Salah satu kader partai Demokrat yang menyatakan kesiapannya untuk tampil maju bertarung merebut kursi Ketua DPD partai berlambang mercy di NTB di arena Musda, yakni Junaidi Kasum alias JK.
DPP Demokrat dibawah kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Dewan Pembina partai, justru memberikan kesempatan kepada semua kader yang potensial untuk mencalonkan diri.
“DPP memerintahkan agar kita Musda, siapa teman-teman (kader) yang mau maju juga dipersilahkan, dan saya juga punya hak untuk maju. Soal dukung mendukung nanti kita bangun komunikasi di (Musda),” ujar JK dalam keterangan persnya, Senin (25/1).
JK lantas mengemukakan beberapa alasan sehingga dia begitu bersemangat dan percaya diri untuk tampil maju mencalonkan diri jadi Ketua DPD Partai Demokrat NTB. Pertama ia melihat Demokrat NTB dalam beberapa kurun waktu terakhir ini makin terpuruk dibawah kepemimpinan TGH. Mahally Fikri.
“Mengapa saya semangat untuk maju, karena ada keterpurukan di Demokrat NTB hari ini. Ditengah elektabilitas partai Demokrat secara nasional meningkat, kok di NTB makin terpuruk. Kita semua (kader) tidak mau NTB akan jadi batu sandungan Demokrat mencapai target di pilpres 2024,” tegasnya.
Kordiv Perhubungan dan Informatika DPD Demokrat NTB tersebut kemudian menyebutkan sejumlah kegagalan Demokrat dibawah kepemimpinan Mahally Fikri. Pertama pada saat Pileg tahun 2019 lalu, kursi Wakil Ketua DPRD Provinsi NTB lepas dari tangan Demokrat, karena jumlah kursi DPRD menurun.
“Karena itu saya garis bawahi gagal. Zaman Mamiq Alex (L Khalik Iskandar) dapat pimpinan. Lanjut sama TGB (TGH. M. Zainul Majdi) masih kita unsur pimpinan Wakil Ketua DPRD. Lalu hari ini di masa Mahally Fikri, hilang unsur pimpinan,” ungkap JK.
Menurut pengusaha angkutan taksi di Mataram itu, kegagalan Mahally selanjutnya adalah di Pilkada serentak 2020 di tujuh daerah Kabupaten/Kota di NTB. Dimana menurut JK Demokrat banyak menelan kekalahan parah. Demokrat hanya berhasil menang di satu daerah yakni Bima, sementara lima daerah calon demokrat keok dengan posisi paling buncit. Sedangkan di KSB sendiri Demokrat gagal mengusung paslon.
“Pilkada serentak 2020 Demokrat kalah dan terpuruk. Di KLU itu petahana, lucu kita kalah telak, kalau kalah tipis masih lah. Kemudian di Sumbawa, di Mataram kita kalah dengan posis paling akhir, KSB kita tidak dapat mengusung calon. Nah DPP melihat hal ini,” jelas JK.
Ditegaskannya, hanya dia kader yang berani secara terang-terangan menyampaikan hal tersebut. Namun ia meyakini sebagian besar kader memiliki penilaian yang sama dengan dirinya.
“Hari ini para ketua DPC tidak ada yang berani bicara, karena takut di PAW. Tapi besok setelah dekat Musda akan berubah konstelasinya,” papar JK.
JK juga mengaku bahwa dirinya sudah mendapat restu dari DPP untuk ikut menjadi calon ketua DPD Demokrat NTB. Ia berkomitmen untuk membenahi partai Demokrat NTB dan bangkit dari keterpurukannya. Sehingga pada pemilu 2024 mendatang, Demokrat bisa kembali berkibar di NTB.
“Saya sudah berkomunikasi dengan DPP, awalnya saya usahakan silent, tapi bocor juga, karena bocor sekalian saja kita buka-bukaan. Knapa harus saya tutup, saya bertemu Ketua Umum, dan sekjen. Sah-sah saja kita membangun komunikasi dengan siapa saja diinternal itu,” tandasnya.(SP)