SUMBAWA BARAT, SP – PT Hutama Karya (Persero) kembali dipercaya pemerintah untuk menggarap bendungan terbesar di Nusa Tenggara Barat (NTB) yakni Bendungan Bintang Bano.
Sebelumnya, perseroan turut serta dalam pembangunan tahap pertama. Ada pun tahap kedua ini merupakan tahapan penyelesaian bendungan utama dan pembangunan saluran pelimpah (spillway) bendungan dengan nilai kontrak Rp 132, 6 miliar dari total Rp 379 miliar.
Bendungan Bintang Bano merupakan salah satu proyek infrastruktur yang menjadi prioritas pemerintah dan masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
Bendungan ini bertipe rockfill dengan random inti tegak setinggi 120 meter dari dasar galian. Memiliki bentang puncak sepanjang 497 meter dan lebar 12 meter, bendungan ini mampu menampung 65,84 juta meter kubik air.
Pembangunan tahap kedua ini ditargetkan rampung pada 31 Desember 2021 atau selama 512 hari kerja.
Pada proyek pembangunan Bendungan Bintang Bano lanjutan ini, lingkup pekerjaan Hutama Karya antara lain pekerjaan galian tanah dan batu, pekerjaan hidromekanikal (radial gate dan stoplog).
Kemudian pembangunan spillway dan jembatan spillway, pembangunan jalan akses, normalisasi sungai, pekerjaan shotcrete, pembangunan fasilitas umum dan pekerjaan landscape.
Direktur Operasi II Hutama Karya Novias Nurendra menjelaskan, bendungan multifungsi ini sudah dinantikan kehadirannya oleh warga sekitar karena akan memacu pertumbuhan agribisinis di Sumbawa Barat.
Tak hanya itu, aliran air dari Bendungan Bintang Bano juga dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik minihidro 2 x 4,4 Megawatt yang cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik di Sumbawa Barat.
Saat semua pekerjaan telah selesai dan dapat beroperasi penuh, bendungan ini akan mampu mengairi 6.695 hektar lahan pertanian di sekitarnya serta menjadi sumber air baku dengan debit air 555 liter per detik.
“Selain itu juga bisa berfungsi sebagai pengendali banjir dari luapan air Sungai Brang Rea sebesar 21,13 juta meter kubik,” ungkap Novias dalam keterangan tertulis yang diterima media ini waktu yang lalu.
Novias melanjutkan, Hutama Karya berupaya mempercepat pengiriman logistik dan telah berkoordinasi dengan pihak ASDP untuk mendapatkan prioritas penyeberangan supaya logistik dapat tiba tepat waktu, mengingat lokasi proyek yang jauh dari kota.