Pemerintah Sarankan PT AMNT cari Mitra Untuk Bangun Smelter

SUMBAWA BARAT, SP –  Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menyarankan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) untuk mencari mitra kerjasama dalam proyek pembangunan smelter tembaga.

Penjajakan kerjasama saat ini pun tengah dilakukan oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk memenuhi kewajibannya dalam membangun smelter tembaga baru sebagai komitmen setelah mendapatkan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). PTFI sedang membahas kemitraan dengan Tsingshan Steel China.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto mengatakan bahwa pemerintah juga mengusulkan AMNT untuk mengambil langkah serupa. Namun, Seto menekankan bahwa strategi kerjasama menjadi kewenangan perusahaan, dengan mempertimbangkan risiko-risiko dalam investasi.

“Ya kami usulkan begitu (melakukan kerjasama). Cuman kan ini nanti kembali kepada masing-masing investornya. So far yang baru menyambut kerjasama ini baru Freeport, kami masih tunggu,” kata Seto dalam media konferensi yang digelar secara daring, Jumat (5/2).

Dia menegaskan, perusahaan juga harus mempertimbangkan risiko batas waktu dalam membangun smelter. Sebab, pada tahun 2023, pemerintah akan tegas menutup ekspor mineral yang belum dimurnikan di dalam negeri, termasuk konsentrat tembaga.

“Mereka (perusahaan) sudah tahu kan risiko nya kalau (smelter) nggak jadi. 2023 kan mereka nggak bisa ekspor lagi,” tegas Seto.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 alias UU Mineral dan Batubara (Minerba), pemberlakuan ekspor produk mineral logam tertentu yang belum dimurnikan diberi batas waktu paling lama tiga tahun sejak UU No.3/2020 diundangkan. Artinya, ekspor terakhir berlaku hingga 2023. “Ya amanat undang-undangnya begitu,” pungkas Seto.

Merujuk pada pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, berdasarkan hasil verifikasi kemajuan fisik 6 bulanan yang berlangsung Februari hingga Juli 2020, kemajuan pembangunan smelter tembaga AMNT mencapai 25,546% dari rencana awal sebesar 26,893% (capaian progres 94,991% dari target periode tersebut).

Di periode yang sama, kemajuan pembangunan fasilitas pemurnian lumpur anoda menjadi precious metal AMNT telah mencapai 27% dari rencana awal sebesar 28,199% (capaian 95,747%).

Head of Corporate Communication AMNT Kartika Oktaviana menyampaikan bahwa hasil tersebut menunjukkan pengerjaan fisik proyek smelter Amman Mineral masih sesuai target yang ditentukan pemerintah.

“Sesuai peraturan Menteri ESDM, perusahaan harus mencapai kemajuan minimal 90% dari target per periode evaluasi,” ungkap dia, Kamis (26/11).

Ketika beroperasi, smelter tersebut akan memiliki kapasitas input sebesar 1 juta ton dan dapat ditingkatkan hingga 1,6 juta ton atau 2 juta ton per tahun. Proyek smelter ini ditargetkan bisa selesai dan beroperasi pada tahun 2022.

Namun dengan adanya pandemi Covid-19 yang menghambat pengerjaan proyek, pengerjaan proyek smelter AMNT ditargetkan akan bergeser antara 12 bulan-18 bulan. Dengan begitu, target operasi bisa mundur dari 2022 menjadi 2023.

Perusahaan tambang yang berada dalam naungan grup Medco Energi (MEDC) ini pun menyatakan masih terus menerapkan protokol pencegahan Covid-19 secara ketat di wilayah pengerjaan proyek smelter.

“Pada prinsipnya Amman Mineral selalu mengupayakan yang terbaik. Hal-hal terbaik yang tetap bisa kami lakukan akan terus kami laksanakan,” pungkas Kartika.(ktn)